Dalam kesempatan rapat rutin evaluasi anggaran setiap hari jum’at di Rumah Dinas Bupati, Jum’at, 19 Pebruari 2016, ada satu paparan yang menarik (menurut saya) dari Asisten bidang Pemerintahan, Bapak Joko Lukito. Dalam materi paparan tersebut, ditampilkan foto-foto SKPD dengan tempat-tempat yang tidak seharusnya. Tampak sisi ketidaknyamanan beberapa SKPD dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Baik itu bagian front liner ataupun back liner, bahkan bagian terprivacy sekalipun, yaitu kamar mandi.

      Dalam hati saya bertanya, inikah wajah instansi pemerintahan kita? Yang berisi pribadi terpelajar tentunya tetapi kenapa minim kepedulian. Orang jawa bilang tidak mempunyai rasa “melu handarbeni” yaitu rasa ikut memiliki, sense of belonging. Padahal seharusnya sederhana, jika setiap individu memiliki rasa ikut memiliki terhadap semua benda, semua obyek yang ada di lingkungannya, merasakan dirinya hadir dalam lingkungan tersebut, tidak hanya sekedar ada, begitu kata Kang Yoto, dipastikan sudut-sudut ketidaknyamanan tersebut tidak akan ada. Karena rasa peduli, rasa melu handarbeni.

       Sebagai contoh, ditempat saya bekerja, sangat sedikit sekali individu atau pribadi yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Yang sering dijumpai adalah, datang, duduk mengerjakan pekerjaannya, ngobrol dengan teman sekantor bahkan mungkin ada yang ngerumpi (tidak hanya ibu-ibunya tetapi juga bapak-bapaknya) sambil menunggu jam pulang… padahal banyak hal disekitar lingkungannya yang menurut saya, masih sangat jauh dari kesan nyaman. Berkas bertumpuk diatas meja dengan tidak tertata rapi, kursi yang ditinggalkan penghuninya dalam kondisi yang tidak beraturan (pating jempalit, orang jawa bilang), lantai yang bercecer sampah kertas hasil print yang tidak terpakai bahkan bekas bungkus makanan yang tercecer tidak tertampung dalam tempat sampah yang tersedia. Jika ini adalah lingkungan play ground tempat anak saya, masih dapat dimaklumi karena usia mereka yang masih dini (PAUD). Tetapi ini adalah orang dewasa dan terpelajar!

      Solusi terbaiknya sebenarnya begini, jika kita tidak bisa membantu orang lain, atau merubah yang besar, mulailah dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan membantu diri sendiri (tidak merepotkan orang lain). Contoh sederhana, mengkondisikan meja kerja tertata rapi, bebas dari tumpukan berkas yang sudah waktunya disimpan dalam lemari arsip. Jadi berkas yang ada di atas meja adalah berkas yang memang selalu dibutuhkan terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari dan dalam tahun anggaran berjalan. Begitu juga ketika meninggalkan meja kerja hanya untuk sekedar “rehat”dari kepenatan duduk, pastikan kursi masih terletak pada posisinya. Komputer pastikan dalam kondisi tershutdown dan sewaktu kita datang bisa diaktifkan kembali. Hal ini untuk menghindari lupa mematikan, dan akhirnya teman yang pulang pada jam terakhirlah yang harus mematikan. Masih untung jika teman kita care, jika tidak? Bisa dibayangkan berapa watt listrik yang telah diboroskan setiap harinya dan hal terburuk lainnya yang bisa saja terjadi.

      Jangan mengharapkan orang lain akan melakukannya untuk kita, tapi belajarlah untuk bisa melayani diri sendiri (saya selalu bilang seperti ini pada anak-anak saya). Jika melihat hal yang tidak seharusnya, tidak pada tempatnya, segeralah tergerak. Walaupun mungkin dengan hati yang bersungut-sungut, tidak perlu yaaa… dengan senang hati (?). Sehingga jika semua orang mempunyai prinsip seperti ini, sungguh akan tercipta lingkungan kerja yang nyaman. Karena selama 8 (delapan) jam lebih kita berada di kantor, dengan harapan bisa memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Jika sebagai pelayan kita tidak bisa memberikan lingkungan yang nyaman bagi pihak yang kita layani, bagaimana pandangan mereka terhadap kita? Malu kan….. Bukankah Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman ? sebagaimana hadist ini :

Artinya : “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah SAW. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”

Jadi…. Sudah jelas kan, bahwa dengan lingkungan yang bersih, yang tercipta dari pribadi yang peduli, selain menumbuhkan rasa nyaman juga bagian dari iman dan sudah pasti disayang Allah SWT. Jangan menunggu.. mulai dari sekarang, mulai dari diri kita sendiri.

Oleh : Retno Dewi Trilasdjoe

Staf Bagian Umum & Keuangan

 






By Admin
Dibuat tanggal 04-03-2016
465 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
0 %
Puas
0 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
0 %